Tips kuliah lulus tepat waktu

Tips kuliah lulus tepat waktu


Mahasiswa yang baru masuk maupun yang sudah/sedang berjalan tentu menginginkan yang namanya lulus dan wisuda. Lulus kapan —menjadi pilihan bagi Mahasiswa sendiri, mau tepat, cepat, atau molor, itu tergantung mahasiswanya. Kali ini kami akan berbagi tips untuk lulus kuliah tepat waktu, sebagai berikut:

1. Ambil mata kuliah sebanyak batas maksimal sks. Sebelum masuk perkuliahan biasanya Mahasiswa akan menentukan sendiri mata kuliah yang akan diikuti, kita harus pandai-pandai memilih mata kuliah yang mampu kita ikuti dan sebanyak jumlah sks maksimal. Semakin kita bisa mengikuti kuliah dengan sks maksimal maka akan cepat kita menyelesaikan program perkuliahan. (berlaku untuk kampus yang menerapkan sistem sks)

2. Ikuti proses kontrak belajar dengan dosen setiap mata kuliah yang diambil. Hal ini penting, sebab dengan demikian kita akan mengetahui aturan-aturan yang berlaku pada setiap mata kuliah. Karena dosen memiliki karakteristik beragam dalam memberikan perkuliahan. Jadi kita perlu memahami satu-persatu aturan yang berlaku setiap mata kuliah. Dengan memahami aturan akan memudahkan kita mengikuti ritme perkuliahan.

2. Miliki kontak para dosen pengampu. Setiap kotrak belajar jangan lupakan untuk tanya nomor hp/ media sosial yang dimiliki dosen. Fungsinya sebagai alat untuk menghubungi dosen bila kita butuh informasi tambahan, untuk menanyakan apa yang belum dipahami pada waktu perkuliahan, untuk konsultasi bila menemukan kesuliatan.

3. Kerjakan tugas semampunya. Kenapa admin menganjurkan semampunya dan bukan sebaik-baiknya/sebagus-bagusnya. Untuk target lulus tepat waktu tidak perlu kita mengharap nilai terbaik, karena untuk mendapat nilai baik butuh tenaga lebih dan pikiran lebih. Kita akan sangat terkuras kalau mengerjakan tugas dengan target baik. Jadi untuk lulus tepat waktu cukup kerjakan semampunya, dengan demikian kita tidak perlu terlalu menguras pikiran hanya untuk satu tugas. Karena pada dasarnya tugas kuliah bukan hanya satu saja. Tapi idealnya memang tugas itu dikerjakan dengan sebaik-sebaiknya.

4. Berani bertanya bila tidak tahu/mengalami kesulitan. Salah satu kunci sukses itu adalah berani —termasuk berani bertanya. Kata pepatah "malu bertanya sesat di jalan". Mahasiswa yang baik adalah Mahasiswa yang tidak mau tersesat. Jadi, bertanyalah bila ada hal tidak diketahui, karena kita bisa terhindar dari namanya salah paham. Sebab awal dari semua masalah dimulai dari salah paham.

5. Kerjakan skripsi dengan rajin bimbingan. Skripsi itu tidak hanya dikerjakan saja. Tapi kita harus bimbingkan juga dengan dosen pembimbing. Jangan nunggu selesai seluruh bab baru bimbingan. Mahasiswa yang sedang proses skripsi jangan terbiasa menuntukan deadline selesai ngetik, tapi  susunlah jadwal bimbingan. Dengan demikian kita akan berusaha menyelesaikan pengerjaan untuk segera membimbingkannya. Semakin sering bimbingan semakin baik hasilnya. Jangan takut ketemu dosbing (dosen pembimbing). 

Lima itu yang bisa kami sampaika. Semoga bermanfaat!!

Ditulis oleh: Le' Rifa'i

Siapkan SDM Unggul, PMII Pati Selenggarakan Seminar Kepemudaan

Suasana Seminar Kepemudaan oleh PMII Pati. Ahad (14/12/2019). Foto; Le' Rifa'i


#infopmii

Pati- PMII cabang Pati selenggarakan seminar kepemudaan dengan tema "Mempersiapkan Generasi Muda yang mempunyai SDM unggul dalam Menyongsong Indonesia Emas 2045." Acara tersebut dilaksanakan di SMK NU Margorejo  Pati, pada Sabtu (14/12/2019).

Seminar dimoderatori oleh Ahmad Khoirun Ni'am, bersama narasumber M. Nor Efendi (wartawa) dan M. Iqbal Dawami (Penulis). Diikuti peserta dari kader dan anggota PMII kabupaten Pati, serta kader PMII cabang tetangga, se-pantura timur.

Pada kesempatan tersebut Efendi, sapaan akrab M. Nor Efendi menyampaikan, "Generasi PMII kalau bisa buat gerakan rumpun. Artinya berkomunal sesuai bidang keahlian masing-masing. Ini merupakan jalan untuk menyiapkan generasi unggul." Beliau juga mengarahkan kaula muda supaya bisa berbagi peran dengan sahabatnya dalam menjalankan tugas-tugas pergerakan, yang intinya berbagai tugas untuk manfaat. "Untuk menjadi manfaat kita perlu bekerjasama untuk sebuah kemanfaatan yang lebih."

Peserta seminar Kepemudaan berdiri untuk menyampaikan pertanyaan kepada narasumber. Foto; Le' Rifa'i


Sedangkan narasumber kedua yang akrab dipanggil Iqbal memberikan arahan kepada peserta yang hadir untuk menemukan apa minat bakatnya, yang terlahir bukan karena ikut-ikutan saja.  "Generasi muda Indonesia kalau mau Indonesia emas harus paham fashion-nya apa, apa yang telah menjadi gaya hidupnya sendiri tanpa tiru-tiru orang laim. Kemudian Istiqomah pada apa yang menjadi hobbinya." Ujarnya.

Ketua umum PC PMII Pati, Ah. Shoimul Mubarok mengutarakan acara tersebut bertujuan untuk mengajak kader dan anggota PMII khususnya, umumnya semua peserta yang hadir, untuk bersama-sama bersiap menghadapi satu abad Indonesia, dengan cita-cita Indonesia menjadi bangsa dan negara yang maju, dan digandrungi banyak orang seperti halnya emas.  "Tujuan kami adalah untuk mengajak kader dan anggota, serta peserta semuanya untuk bersama-sama menyiapkan diri menghadapi Indonesia emas di tahun 2045. Karena generasi muda sekaranglah yang akan mengisi Indonesia satu abad kelak, jadi kontribusi nyata dari pemudalah yang  mampu mewujudkan Indonesia emas. Kami pun sadar kalau tidak mungkin bisa mencapai Indonesia emas kalau SDM pemudanya biasa-biasa saja. SDM pemuda harus unggul untuk Indonesia Maju. Makanya kami mengambil tema tersebut dalam seminar kali ini." Jelas Shoim.  (Le' Mad)

Gerakku

Gerakku


#cerita

Assalamualaikum
Ini cerita yang tak perlu didengar. Karena akan mengganggu pendengaran bila tak paham maksudnya. Cerita singkat ini berisi hal fiktif yang pernah terjadi dalam dunia nyata. Berisi mimpi yang telah terlewati sebagai kenyataan. Tak ada sajak indah pula. Sebelumnya maaf.....
Suatu saat saya bertemu dengan sahabatku, kami pun ngobrol layaknya manusia lain yang kalau bertemu teman atau kenalan langsung komunikasi. Begitupun aku dan sahabatku.
Warung bu luluk depan kampus  itulah tempat kami ngobrol. Kurang lebih obrolan itu seperti berikut:
"Sahabat pernahkah menjadi kecil?" Tanyaku pada seorang yang sering tidur bersamaku.
"Pernah. Kau juga pernah kecil kan?"
"Pernah. Beda masa kecil dengan sekarang bat."
"Tentu. Karena kau sudah dewasa."
"Bukan itu bat. Coba lihat anak sekarang bat. Coba lihat lima, bahkan 10 th lalu. Mereka bermain dengan dunia nyata. Sekarang beda....."
"Memang beda zaman beda cara hidup. Aku kecil beda dengan mereka kecil. Aku bergerak sekarang beda dengan pergerakan zaman seniorku dulu. Iya beda caranya saja. Semangatnya jangan."
"Bat, bagaimana kau mengartikan pergerakan? Aku sudah lama hidup dalam lingkungan orang yang mengaku pergerakan. Tapi aku masih bingung dengan arti pergerakan sesungguhnya. Apakah pergerakan itu ngopi di Warkop, apakah pergerakan itu nyanyi, apakah pergerakan itu ngobrol, apakah pergerakan itu seminar, apakah pergerakan itu diakusi. Bat, coba beri aku penjelasan."
"Pergerakan bagiku simpel. Bergerak....."
"Bergerak yang bagaimana bat?"
"Bergerak yang sederhana tak perlu mewah asal itu bermanfaat untuk orang lain. Bergerak tak perlu kopi, tak perlu nyanyi, tak perlu seminar, bergerak hanya butuh keberanian........"
"Maksudnya bat?"
"Kita refleksi anak pergerakan sekarang. Tentu akan bingung dengan kondisi sekarang. Aku pun bingung. Mereka hanya pandai bernyanyi, berdiskusi, beretorika, di depan teman mereka sendiri. Suara mereka tak mampu didengar penguasa, suara mereka tak mampu mempengaruhi rakyat. Berbeda dengan para aktivis jaman  dulu. Mereka benar-benar agen of change, sebab berani tangan terkepal maju kemuka, dan itu bukan hanya nyanyian tetapi realisasi  pada lapangan. Kaum pergerakan sekarang kenapa begini, karena modal mereka kurang. Kurang berani...... Iya berani bertindak."
"Bat, kenapa demikian?"
"Pahami bat, tidak ada kesuksesan tanpa keberanian. PMII harus berani...."
Tangan terkepal dan maju kemuka.
Jepara, 07 Desember 2019

Pesan kyai

Pesan kyai



Pesan KH. Muhammad Syaifullah Arif (pengasuh Ponpes. Singa Putih Munfaridin) :
1. _Mangano seng akeh, yen wayahe ngising yo ngising dewe._ (carilah ilmu sebanyak-banyaknya, ketika waktunya bermanfaat akan bermanfaat dengan sendirinya)

2. _Berjuang ojo wedi-wedi, landasi perjuangan karo lillah lan billah._ (berjuang janganlah takut, sandarkan semua karena Allah dan bersama Allah)

3. _Santri kui calon pemimpin. Pemimpin kui kudu iso muaske seng dipimpin, pengurus kudu iso muaske seng diurus._  Ibarat pemain layangan harus bisa mengendalikan layangannya supaya tidak sampai putus dan jatuh dan harus tau kapan di kencangkan dan kapan di kendorkan.

4. Harta yang paling berharga adalah istiqomah. Romo kyai Syaifullah pernah dapat tawaran projek dalam satu minggu 25 jt, tapi ditolak karena tidak diizinkan oleh sang guru dikarenakan disuruh istiqomah ngasuh santri dengan isyarat _"istiqomah kui regane larang, ora kabeh wong iso."_
Sudah lama suaraku tidak kutulis

Sudah lama suaraku tidak kutulis


Waktu berjalan cepat, entah ini perasaanku saja atau memang zamannya sudah mau kiyamat. Perubahan yang terjadi di dunia pun semakin santer bak putaran kipas angin dengan level tertinggi. Internet mudah diakses, semua manusia punya android, anak kecil sudah tak tau apa itu dakon, ibu2 sudah lupa kegiatan _petan_, petani tak lagi pakai sapi untuk membajak, tak perlu arit untuk memanen. Semuanya teknologi, dari industri sampai mainan anak-anak. Modern katanya.

Semuanya ini membanggakan tapi ada pula yang menjadi masalah. Manusia lebih akrab dengan komunitas WA daripada komunitas warung. Warung tetap rame, asal ada WiFi. Anak-anak tetap bermain, tapi tak punya teman bermain, mainya game online. Kebutuhan bukan hanya sandang pangan papan, tapi tambah satu, yaitu peket data internet.

Dunia sudah modern. Tandanya digital maju. Apa-apa serba digital. Jualan tak perlu toko, koran tak perlu kertas, undangan tak perlu surat, dll. Mungkin 10 tahun ke depan makan tak perlu minum (seret), mandi tak perlu air (kepet), Internet tak perlu data dan pulsa (amin).

Setelah lama  tak menulis, diataslah yang menjadi bahan tulisan hari ini. Itu suara hati pikiran dan hayalanku. Jadi mohon maaf bila itu terlalu lucu untuk dikatakan tulisan baik. Akhirnya, bila lucu "tertawalah sebelum tertawa dilarang" presiden RI (Republik Imajinasi) yang telah melakukan selebrasi kemenangan sebelum peluit panjang dibunyikan.

TTD
Lek Rifa'i

Resensi Buku "DEHARMONIE"


Judul buku      : DEHARMONIE
Penulis             : Yanti Soeparmo
Penerbit           : Laksana (Jogjakarta)
Cetakan           : Pertama, Maret 2011
Tebal               : x+ 384 halaman

Antara Eropa dan Pribumi

Yanti soeparmo telah menyajikan subuah novel dengan cerita yang menarik untuk dibaca. Novel “DEHARMONIE” yang ia lahirkan menceritakan subuah cinta yang dibalut dengan nuansa perjuangan atas ketidak adilan dan kesewenang-wenangan pemerintah colonial Belanda. Dia mampu membubuhkan fakta sejarah dalam novel tersebut. Dan begitulah keunikan tulisan yang digubah oleh seorang penulis yang memulai karir menulisnya sejak menjadi wartawan di HU Mandala.

“DEHARMONIE” bercerita tentang kisah kasih antara darah Eropa dengan darah pribumi Hindia (Indonesia). Rafa yang memiliki nama lengkap Rafael Van Den Berg menjadi tokoh utama dalam karya tersebut. Lahir sebagai keturunan Belanda berdarah Eropa, ia kecil dan besar di Batavia.  Menjadi dokter di CBZ[1]  (Central Bergelijk Ziekenhuis) adalah pekerjaannya. Sebelum menjadi dokter di CBZ  Rafa merupakan dokter militer angkatan darat berpangkat letnan satu (hal. 9). Keinginannya menjadi dokter adalah untuk menyelamatkan sebanyak mungkin wanita hamil, supaya bisa melahirkan dengan selamat dan bayinyapun selamat. (hal. 60)

Rafa merupakan putera dari Leonard Van Den Berg. Rafa kecil diasuh oleh Bi Irah, seorang pendatang dari Garut yang dibayar bapaknya. Sedangkan ibunya telah meninggal pada saat melahirkannya. Dari lahir tanpa kasih sayang sang ibu, Rafa menganggap Bi Irah seperti ibunya sendiri. Sampai usia 8 tahun Bi Irah pergi meninggalkan Rafa karena harus balik ke kampung halaman untuk merawat orang tuanya yang sakit. Semenjak perpisahan itu, Rafa baru bertemu lagi dengan Bi Irah waktu bertugas di Leles Garut, itupun karena ia menyempatkan untuk berkunjung ke rumah Bi Irah.

Tokoh kedua adalah istri Rafa, namanya Salmah tetapi Rafa sering memanggilnya Salma (tidak pakai “H” ). Ia berasal dari Garut daerah Leles, dan asli pribumi, bukan Eropa ataupun keturunan. Bertemu dengan Rafa pertama kali saat di rumah Bi Irah, pada saat membawa keponakannya berobat kepada Rafa. Dan dari situlah kisah cinta antara Belanda dengan inlanders[2]  bermula. (hal. 93)

Awal kisah cinta mereka sempat terhalang oleh orang tua Salmah yang menolak lamaran Rafa. Alasan ditolaknya lamaran karena Rafa tidak sebagai Muslim. Setelah berfikir panjang kali lebar demi memperjuangkan cintanya kepada Salmah akhirnya Rafa masuk Islam dengan bantuan Ustad Haji Hasan Arif. Karena syarat yang diberikan oleh bapaknya salma telah terpenuhi akhirnya merekapun menikah dengan cara Islam. (hal. 127)

Bahtera rumah tangga merekapun berlayar, dinahkodai laki-laki berdarah Eropa dengan sang istri berdarah pribumi. Diawal pernikahan mereka, Rafa merasakan adanya tekanan yang dikarenakan  ibu Salmah kurang begitu sepakat atas pernikahan mereka. Namun setelah Salmah mengandung, hubungan Rafa dengan ibu mertuanya berangsur membaik.

Sampai suatu ketika, ada insiden penyerangan oleh tentara Hindia Belanda di Pondok Haji hasan Arif yang dianggap sebagai anggota SI (sarekat Islam) pada saat perayaan pernikahan anaknya. Penyerangan dilakukan dengan alasan karena adanya penolakan oleh Haji Hasan Arif untuk menjual padi hasil panennya kepada pemerintah Hindia Belanda. Dalam insiden itu, Haji Hasan Arif tewas tertembak, bapak mertua Rafa yang turut hadir dalam acara pernikahan tersebut juga tewas tertembak. Salma dan ibunya selamat, namun semenjak peristiwa itu mereka meninggalkan Leles tanpa sepengetahuan Rafa. Sedangkan Rafa sendiri tidak turut hadir pesta pernikahan yang berujung menjadi peristiwa berdarah tersebut, karena Rafa disekap dan dibuang terlebih dahulu oleh tentara. Sejak peritiwa itulah Rafa dan Isterinya berpisah. (hal. 152)

Selain menceritakan kisah cinta, “DEHARMONIE” juga mengungkapkan beberapa fakta sejarah pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Seperti yang di halaman 121, menjelaskan bahwa Sarekat Islam didirikan pada 1911 oleh R.M. Tirto Adisoeryo yang merupakan wartawan dan Haji Samanhoedi yang seorang saudagar batik.  Novel tersebut berlatar pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Dimana kehidupan pribumi masih dipandang sangatlah rendah oleh penguasa yang dari Eropa. Dan juga dinovel tersebut dijelaskan bagaimana kekejaman pemerintah dalam menjalankan sistem tanam paksa. Pada halaman 129-130; paska perang perang dunia 1 (1914-1918) beberapa Negara Fasis, seperti Jerman, Italia dan Jepang mulai unjuk kekuatan militer, bahkan melakukan ekspansi diwilayah Negara lain. Melihat Jepang yang sudah mampu menguasai wilayah semenanjung Korea, pihak militer Hindia Belanda mulai ada kekhawatiran akan adanya serangan Jepang ke Hindia, maka demikian perlu adanya persiapan untuk mengantisipasi terjadinya perang. Salah satu programnya adalah dengan menyiapkan cadangan pangan militer. Wilayah Garut yang terkenal subur diwajibkan menanam padi, jika ada tanaman lain yang subur harus diganti dengan padi, dengan ketentuan sebagian hasil panen harus dijual kepada pemerintah dengan harga murah. Padahal pada waktu itu banyak masyarakat yang menanam tembakau, karena menolak untuk menanam padi banyak tanaman penduduk yang dibabat paksa oleh tentara Hindia.

Itulah sedikit tentang buku yang berjudul “DEHARMONIE”. Sangat cocok untuk bacaan bagi generasi muda untuk membangun sebuah karakter cinta dan untuk menambah pengetahuan tentang masa lalu bangsa Indonesia. Bangsa yang besar adalah bangsa yang kenal sejarah bangsanya. “Jas Merah” jangan sekali-kali melupakan sejarah. (Ir. Soekarno)

Tidak ada kebahagiaan tanpa perjuangan. Tidak ada kemerdekaan tanpa penderitaan. Semua akan indah jika kita mau berjuang dan berusaha serta tidak takut menderita. Seperti itulah kiranya pesan yang ditangkap dari “DEHARMONIE”. Untuk lebih jelasnya baca sendiri bukunya!

Peresensi         : Ahmad Rifa’i (Lek Rifa’i)
Alamat            : Sitimulyo, Pucakwangi, Pati
Status              : Mahasiswa di STAI Pati
Kontak             :  ahmadcahsobo@gmail.com, 0853-2899-3953 (WA)




[1] Saat ini menjadi RSUP Dokter Cipto Mangunkusumo
[2] Pribumi


Resensi Buku
Judul Buku : Sufisme Sunan Kalijaga
Penulis        : Dr. Purwadi, M. Hum
Penerbit      : Araska, Bantul, Yogyakarta Cetakan      : Pertama, Mei 2015
Tebal           : × + 224 halaman
                     *Tentang Sunan Kalijaga, Mensyiarkan Agama Islam di Jawa dan Media Berdakwah*
Buku ini bercerita tentang kisah hidup spiritual Sunan Kalijaga pada masa mengenalkan agama islam khususnya di daerah Jawa. Ditulis dalam bentuk novel yang terdiri dari beberapa episode. Sunan Kalijaga merupakan salah satu bagian dari Walisongo (dalam bahasa Indonesia berarti sembilan wali). Mereka adalah tokoh-tokoh yang berjasa besar dalam pengembangan sekaligus tokoh yang menyebarkan ajaran agama islam. Ajaran islam dibawa dengan damai menggunakan media ajaran lama, namun sedikit demi sedikit mulai dimasuki nuansa islami.

Saat belajar khususnya belajar agama diperlukan adanya sosok guru. Sunan Kalijaga melakukan pengajaran ilmu sejati kepada semua elemen masyarakat. Tak bisa dipungkiri bahwa ajaran ilmu sejati yang disampaikan bisa diterima oleh masyarakat yang datang berbondong-bondong berguru kepada Sunan Kalijaga.

Berprinsip _Jawa digawa Arab digarab_ dalam bidang seni budaya mampu membuat orang awam menerima sepenuh hati ajaran islam. Kesenian pada zaman dahulu dipakai sebagai acara adat yang masih kental dengan ajaran nenek moyang. Melalui kecerdasan pemikiran dari Sunan Kalijaga terciptalah kearifan lokal yang mampu menciptakan suasana harmonis dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Episode per episode novel ini dikemas secara runtut yang terdiri dari  sepuluh episode. Episode pertama hingga episode ketiga menceritakan Sunan Kalijaga mulai dari lahir hingga mencapai derajat insan kamil. Tentang perjalanan spiritual Sunan Kalijaga dalam menimba ilmu dengan Sunan Bonang hingga dan bertemu Nabi Khidir. Dijelaskan pula asal muasal gelar Sunan Kalijaga dan diangkat menjadi wali penutup, melengkapi walisongo yang awalnya baru berjumlah delapan wali.

Pada episode keempat buku ini membicarakan tanah kelahiran Sunan Kalijaga, kondisi Tuban di bawah Demak, dakwah islam di Kadipaten Tuban. Mulai halaman 56 hingga halaman 70 dijabarkan para bupati Tuban pertama hingga sekarang yang dalam buku disebutkan Bupati XLX Dra. Heni Relawati, M. Si. Berisi tentang silsilah bupati Tuban juga sejarah politik Kadipaten Tuban. Nama Sunan Kalijaga tak disebut pada episode ini. Melainkan orang-orang yang berperan dalam Kadipaten Tuban. Antara lain : Adipati Demak, Arya Wilwatikta, Pangeran Benowo, Senopati Mataram Hadiningrat, dan lain sebagainya. Mereka adalah tokoh-tokoh yang memperebutkan takhta di Kadipaten Tuban.

Proses mengislamkan perkampungan Cina yang dilakukan walisongo menemui banyak hambatan. Mulai dari puncak kejayaan sampai runtuhnya ketajaan Demak yang terjadi karena perebutan kekuasaan dalam lingkungan keluarga. Sunan Ampel yang ternyata adalah Boong Swi Hoo mempunyai seorang putra bernama Bonang, yang kemudian menjadi Sunan Bonang. (Hal. 82)
Pembangunan Masjid Agung Demak juga dijelaskan pada novel ini. Tentang saka tal atau tiang tatal Masjid Agung Demak yang terbuat dari kepingan-kepingan kayu yang sangat tepat dan rapi. Kini banyak rombongan orang yang sengaja datang ke Masjid Agung Demak untuk beribadah atau sekadar melihat keagungan masjid. Melihat peninggalan Sunan Kalijaga sembari mengingat-ingat sejarah. Bagaimana mungkin kepingan kayu disusun bisa sekuat itu menopang masjid semegah itu jikalau tanpa kekuasaan Allah. Hal ini mengindikasikan bahwa Sunan Kalijaga mempunyai karomah sebagai waliyullah.
Media dakwah yang dipakai wali salah satunya adalah wayang. Dalam novel ini sejarah wayang dipaparkan penulis pada episode kedelapan "dakwah agama islam dengan seni budaya". Tentang wayang beber, sejarah pembuatan wayang oleh para wali, dan pelengkap wayang yaitu gamelan. Para wali juga menciptakan tembang macapat yang bila ditafsirkan melambangkan tingkat kehidupan manusia dari lahir sampai ajal menghampiri. Dalam berdakwah, Sunan Kalijaga memberi wejangan-wejangan berharga. Dijelaskan oleh penulis ulasan singkat dari kitab Niti Sruti, kitab Niti Praja, dan kitab Sewaka berikut terjemah serta penjelasannya.
Pada episode terakhir penulis menceritakan ajaran Sunan Kalijaga tentang Cupu Manik Astagina atau pegangan hukum bagi para dewa. Digambarkan dalam novel ini, seorang yang berusaha meraih cita-cita yang mulia ( waranggana) pasti akan menjumpai banyak godaan. Begitupun Sunan Kalijaga saat melihat para warga belum mempunyai alat pertanian yang sempurna. Hal itu senada dengan cita-cita tinggi Sunan Kalijaga membuat cangkul dan bajak sebanyak-banyaknya untuk dibagikan kepada rakyat. Dijelaskan pula falsafah cangkul (pacul) yang berkaitan erat dengan orang yang ingin menjadi pemimpin masyarakat.

Novel ini dapat dijadikan sumber pengetahuan bagi pemula yang ingin mengetahui seluk beluk Sunan Kalijaga dan sesuatu yang berhubungan dengan islamisasi tanah Jawa. Menyajikan pengajaran ilmu ma'rifat Nabi Khidzir yang dikemas runtut sesuai alurnya sehingga menambah pembaca semakin penasaran terhadap episode selanjutnya. Adanya ulasan dari kitab" berbahasa jawa kuno kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadikan pembaca yang tidak paham bahasa jawa kuno bisa mengetahui artinya. Hal ini menunjukkan bahwa penulisnya paham akan bahasa jawa kuno dan referensi dalam membuat novel pun jelas.

Sebagai novel yang membicarakan sufisme Sunan Kalijaga, pembaca bisa meneladani ajaran dan laku spiritual sang guru sejati, wejangan-wejangan, dan ajaran Sunan Kalijaga. Makna piranti hidup yang tergambar dalam bagian-bagian bajak : Pegangan, Pancadan, Tanding, Singkal, Kejen, Olang-aling, Racuk. Selain itu terdapat juga falsafah cangkul (pacul). Pacul diartikan ngipatek sing muncul, artinya membuang apa yang timbul. Maksudnya : dalam menjalankan sesuatu yang baik, tentu timbullah godaan-godaan yang harus disingkirkan.

Peresensi : Lathifatus Sa'adah
Alamat      : Rt: 05/II Desa Pelemgede Kec. Pucakwangi, Pati Jawa Tengah
Status       : Siswi di MA Matholi'ul Huda Pucakwangi
Kontak      : lathifahs52892@gmail.com, Telp/WA : 085218256375