*)cerpen oleh: Lek Rifa'i
Siang itu matahari malu-malu menampakkan dirinya. Bersembunyi dibalik mendung hitam pekat seperti tidak sabar untuk menurunkan hujan. Kondisi ini membawa kabar gembira bagi para petani. Penantian panjang akan segera berakhir. Hujan turun, sawah berair, musim tanam pun tiba.
Terdengar bunyi "tik-tik" berasal dari genting rumah. Semakin lama "tik-tik" semakin cepat. Gerimis telah tiba. Sang mendung sudah tidak mampu menampung perasaan. Dan keluarlah semuanya, hujan.
"Assalamualaikum." Pintu rumah terbuka.
"Wa'alaikumsalam." Jawab laki-laki di ruang tamu.
Tergopoh anak gadis dengan kondisi memakai mantel mendekat pada laki-laki di ruang tamu rumah. Diulurkan tangan si gadis, dan disambut dengan uluran tangan laki-laki itu. Kini bersalamanlah kedua insan beda kelamin. Dicium tangan laki-laki oleh si gadis. "Copot dulu mantelnya, ganti baju terus makan, solat jangan lupa." Seru laki-laki itu pada si gadis. Si gadis pun segera meninggalkan ruang tamu.
Ditemani secangkir kopi dan kacang laki-laki itu duduk di atas sofa ruang tamu. Kelihatan raut muka kadang tersenyum, kadang sepaneng. Sebuah novel berada pada tangannya. Sebuah novel dengan cover gambar kereta kuda.
Tidak lama kemudian si gadis nampak lagi. Dengan pakaian yang berbeda, sudah bukan seragam sekolah lagi. Dengan gamis panjang, kerudung warna pink. Kaki sudah tidak bersepatu, melainkan tergantikan oleh sandal jepit.
Gadis itu mendekati laki-laki yang asik membaca novel itu. "Baca apa paman?" Tanya si gadis.
Dalam keadaan masih memperhatikan buku novel, pamannya laki-laki itu menjawab. "Ini paman lagi baca novel."
"coba Widia lihat paman."
"Ini,..." Laki-laki itu menutup novelnya dan memperlihatkan pada si gadis.
"Tebal banget, yang nulis siapa ini paman?" Tanya si gadis sambil membuka-buka halaman pada buku itu.
"Itu di depan ada tulisannya." Tunjuk laki-laki itu pada cover buku.
Ditutup buku itu oleh si gadis dan dibaca nama penulisnya. "Oh, Pramoedya Ananta Toer...."
"Iya itu penulisnya." Tegas si Laki-laki. "Kamu mau pinjam?" Lanjut laki-laki itu yang merupakan paman dari si gadis.
Si gadis itu mencoba membaca sinopsis dari buku itu. Kemudian dilihatnya halaman paling belakang. Dan dia yakin buku itu memang tebal. Melihat ketebalan buku yang berjudul "Bumi Manusia" itu ia mulai ragu untuk meminjam pada pamannya.
"ada yang lebih tipis dari ini nggak paman?" Tanya si gadis yang bernama Widia itu. "Soalnya saya dapat tugas Bahasa Indonesia untuk meresensi novel paman." Jelas si gadis.
"Ada, ini..." Ditinjuk buku di meja oleh pamannya.
"Ini paman?" Tanya Widia untuk meyakinkan. Diambilnya buku di meja ruang tamu itu yang berjudul "Serigala" tertulis nama penulis di cover bagian bawah "Soesilo Toer."
"buku silahkan dibaca. Besok kalau sudah selesai dibaca dan diresensi kembalikan ke Paman. Oke...." Ujar Pamannya Widia.
"Oke Paman, siap dan terimakasih." Ucap Widia.
Si Dia panggilan singkat Widia berjalan menuju ke kamar dengan membawa buku yang dipinjam dari pamannya. Waktu itu menunjukkan pukul 14.00. Hujan pun telah reda. Matahari mulai berani menampakkan diri dengan sedikit condong ke barat. Jalan Dia hampir sampai pada pintu kamar. Tiba-tiba terdengar suara dari belakang.
"Dek... Jangan lupa besok kalau selesai bacanya presentasi ke Paman ya!"
*) Penulis merupakan wakil ketua Komisariat PMII Joyokesumo STAI Pati.
EmoticonEmoticon